SEJARAH SINGKAT KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Sejarah Singkat Kepanduan Hizbul Wathan
1. Didirikan Oleh Kh. Ahmad Dahlan Pada Tanggal 18 Desember 1918.
2. Dilarang Bergerak Oleh Pemerintah Pendudukan Jepang Dalam Perang Dunia Ii Tahun 1942-1945.
3. Bangkit Kembali Seusai Perang Kemerdekaan Tahun 1951.
4. Dilebur Dalam Pramuka Tahun 1961, Dengan Kepres No. 238 Tahun 1961.
5. Dibangkitkan Kembali Oleh Pp Muhammadiyah Sebagai Ortom Pada Tanggal 18 November 1999 Dalam Era Reformasi.
Sejarah Lengkap Berdirinya Hizbul Wathan
Melacak Jejak Sejarah
Bermula Dari Perjalanan Dakwah Yangdilakukan Kyai
Ahmad Dahlan Ke Surakarta Pada Tahun 1920, Berdirinya Hizbul Wathan Merupakan
Inovasi Terbuka Dan Kreatif Untuk Membina Anak- Anak Muda Dalam Keagamaan Dan
Pendidikan Mereka. Ketika Melewati Alun-Alun Mangkunegaran, Kyai Dahlan Melihat Anak-Anak Muda Berseragam ( Para Anggota Javaannsche
Padvinder Organisatie ), Berbaris Rapi, Dan Metakukan Berbagai
Kegiatan Yang Menarik. Mereka Kelihatan Tegap Dan Disiplin. Sekembalinya Di
Yogyakarta, Kiai Dahlan Memangit Beberapa Guru Muhammadiyah Untuk Membahas
Metodologi Baru Dalam Pembinaan Anak-Anak Muda Muhammadiyah, Baik Di
Sekolah-Sekolahmaupun Di Masyarakat Umum. Kyai Dahlan Mengungkapkan Bahwa
Alangkah Baiknya Kalau Muhammadiyah Mendirikan Padvinder Untuk Mendidik
Anak-Anak Mudanya Agar Memiliki Badan Yang Sehat Serta Jiwa Yang Luhur Untuk
Mengabdi Kepada Allah.
Metode Padvinder Diambil Sebagai
Metode Pendidikan Anak Muda Muhammadiyah Di Luar Sekolah. Hal Ini Sangat
Bermanfaat Bagi Metode Pendidikan Dan Dakwah Yang Dilakukan Muhammadiyah, Yang
Semuanya Merupakan Tindakan Strategis Yang Sangat Erat Dengan Masa Depan Islam,
Pembaharuan Masyarakat Dan Bangsa, Serta Kecepatan Penyebaran Gagasan-Gagasan
Pembaharuan Dan Da'wah Islam.
Gagasan Kyai A. Dahlan Tersebut Kemudian
Dikembangkan Lagi, Setelah Diadakan Pembahasan Oleh Beberapa Orang Yang
Dipelopori Oleh Soemodirdjo, Dengan Mendirikan Padvinder Muhammadiyah Yang
Terbentuk Pada Tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49, Lihat Juga Almanak
1357 H: 226-227) Yang Diberi Nama Nama Hizbul Wathan. Namun Ada Pendapat Lain
Yang Mengemukakan Bahwa Hizbul Wathan Berdiri Pada Tahun 1919.
Aktivitas-Aktivitas Kepanduan Di Lingkungan
Muhammadiyah Segera Dimulai. Syarbini, Seorang Bekas Anggota Militer Belanda
Dan Bekas Order Office, Mengadakan Latihan Berbaris Dan Berolahraga Setiap Hari
Ahad Sore Di Halaman Sekolah Muhammadiyah Suronatan. Kian Hari Kian Bertambah
Pengikutnya, Tidak Lagi Terbatas Pada Guru Saja, Juga Banyak Para Pemuda Kauman
Yang Ikut Berlatih. Yang Sangat Menarik Perhatian Masyarakat Ialah Adanya
Barisan Padvinder Muhammadiyah Yang Tegap, Disiplin, Dan Rapi, Yang Merupakan
Hal Yang Sangat Menarik Bagi Masyarakat Saat Itu.
Semboyan Hizbul Wathan Pada Waktu Itu Ialah
Setia Kepada Ulil Amri; Sungguh Berhajat Akan Menjadi Orang Utama; Tahu Akan
Sopan Santun Dan Tidak Akan Membesarkan Diri; Boleh Dipercaya; Bermuka Manis;
Hemat Dan Cermat; Penyayang; Suka Pada Sekalian Kerukunan; Tangkas, Pemberani,
Tahan, Serta Terpercaya; Kuat Pikiran Menerjang Segata Kebenaran; Ringan
Menolong Dan Rajin Akan Kewajiban; Menetapi Akan Undang-Undang Hizbul Wathan
(Almanak Muham-Madiyah, 1924: 50). Dari Semboyan (Kewajiban) Hizbul Wathan Ini Dapat Diketahui Semangat, Cita-Cita Dan Karakter
Yangakan Ditanamkan Pada Setiap Anggota Pandu Hizbul Wathan. Semboyan Itu
Kemudian Menjadi Undang- Undang Hizbul Wathan, Dan Selalu Diucapkan Pada Setiap
Latihan Dan Upacara, Sehingga Meresap Dalam Kesadaran Setiap Anggota
Hizbul Wathan, Yang Pada Akhirnya Akan Membentuk Karakter
Dan Kepribadian Setiap Anggota Pandu Hizbul Wathan.
Pada Perkembangan Selanjutnya, Hizbul Wathan
Banyak Mendapatkan Sambutan Hangat Dari Masyarakat Umum Dan Kepanduan Lain. Di
Solo, Hizbul Wathan Mendapat Tanggapan Hangat Dari Javaannsche Padvinder
Organisatie. Hizbul Wathan Juga Banyak Terlibat Dalam Berbagai Aktivitas Di Masyarakat
Umum, Sehingga Hizbul Wathan Akhirnya Cepat Dikenal Di Tengah Masyarakat.
Dalam Berbagai Moment, Seperti Penghormatan Atas
Pengiringan Sultan Hamengkubuwono Vll Yang Pindah Dari Keraton Ke Amburukmo,
Hizbul Wathan Banyak Mengambil Peran Dalam Prosesi Tersebut. Dalam Setiap
Kongres Yang Diselenggarakan Muhammadiyah Dan Aisiyah, Hizbul Wathan Selalu
Siap Untuk Membantu Menyelenggarakan, Menjaga Keamanan, Menyemarakkan Dengan
Barisan Tambur Dan Terompetnya. Demikian Pula Di Setiap Hari Besar Islam Dan
Hari Besar Nasional, Hizbul Wathan Selalu Tampil Dalam Barisan 'Elite' Yang
Dengan Gagah Dan Tegap Berada Di Tengah-Tengah Barisan Organisasi
Kemasyarakatan Yang Lain. Juga, Tidak Jarang Hizbul Wathan Tampil Dalam
Berbagai Upacara Jumenengan Sri Sultan Hamengkubuono Vill. Di Situ
Hizbul Wathan Tampil Dengan Barisan Tambur Dan Terompetnya Yang Dipimpin
Langsung Oleh Kha.Dahlan.
Hizbul Wathan Juga Sering Tampil Sendiri Dengan Acara Dan Kegiatan Yang Menarik Dan Menjadi Perhatian
Masyarakat. Pada Giliranya Banyak Warga Masyarakat, Khususnya Anak-Anak Dan
Generasi Mudanya Tertarik Untuk Menjadi Anggota Hizbul Wathan. Tidak Sedikit
Dengan Golongan Yang Dulu Tidak Senang Dengan Muhammadiyah Tertarik Kepada
Hizbul Wathan-Nya, Bahkan Dari Kalangan Kaum 'Abangan' Pun
Tidak Sedikit Yang Memasukan Anak-Anaknya Kedalam Pandu Hizbul Wathan. Pesatnya
Kemajuan Hizbul Wathan Rupanya Mendapat Perhatian Pihak Nipv, Yaitu Perkumpulan
Padvinder Hindia Belanda Yang Merupakan Cabang Dari Padvinderij Di Negeri
Belanda (Npv). Pada Saat Itu, Gerakan Padvinderij Hindia Belanda (Indonesia)
Yang Dapat Pengakuan Internasional Adalah Yang Bergabung Dalam Nipv Tersebut
Yang Merupakan Perwakilan Npv. Pimpinan Nipv Datang Ke Yogyakarta Untuk
Mengajak Hizbul Wathan Bergabung Ke Dalam Organisasi Nipv. Usaha-Usaha
Comissaris Nipvreneff) Tiada Hentinya Untuk Mengajak Hizbul Wathan Menjadi
Anggota Nipv, Sehingga Ketika Kongres Muhammadiyah Tahun 1926 Di Surabaya,
Mereka Mengambil Inisiatif Mengikuti Hizbul Wathan Dalam Kongres Muhammadiyah
Dari Awal Sampai Akhir. Pertemuan Dilanjutkan Lagi Di Yogyakarta Oleh Wakil
Nipv Untuk Mengajak Hizbul Wathan Masuk Kedalam Organisasi Nipv, Tetapi Hizbul
Wathan Tetap Ingin Mempertahankan Kedaulatannya, Tidak Mau Menerima Tawaran
Dari Reneff (Wakil Nipv) Tersebut, Arena Hizbul Wathan Mempunyai
Prinsip-Prinsip Tersendiri.
Kepanduan Hw Dalam Perjalanan Sejarahnya Telah
Menjadi Wadah Pendidikan Bagi Generasi Muda Muhammadiyah Yang Berhasil,
Sekaligus Menjadi Sarana Da'wah Yang Ampuh. Banyak Anak- Anak Muda Yang
Tertarik Memasuki Kepanduan Hizbul Wathan. Mereka Merasakan Banyak Mendapatkan
Manfaat Dan Keuntungan Menjadi Pandu Hizbul Wathan. Tidak Sedikit Pemuda-
Pemuda Anggota Pandu Hizbul Wathan Menjadi Orang Yang Percaya Diri Dan Memiliki
Keperibadian Yang Baik (Memiliki Akhlak Utama, Luhur Budi Pekertinya, Beriman
Serta Bertaqwa Kepada Allah) Serta Menjadi Warga Masyarakat Yang Berguna.
Kepanduan Hizbul Wathan Melahirkan Orang- Orang
Yang Kemudian Tidak Hanya Menjadi Tokoh Muhammadiyah, Tetapi Juga Menjadi Tokoh
Nasional, Seperti Soedirman (Panglima Besar Tni/Bapak Tni), Soedirman
Bojonegoro (Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini (Mantan Pangdam
Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Ketua Mpr), Soeharto (Mantan
Presiden Ri Ii), Daryadmo (Mantan Ketua Mpr), Feisal Tanjung (Mantan Menko
Polkam), Hari Sabarno (Wakil Ketua Mpr), Dan Lain-Lain.
Pertumbuhan Muhammadiyah Di Masa Awal Tidak Dapat
Dilepaskan Dari Peranan Hw Yang Selalu Menjadi Pelopor Dalam Setiap Perintisan
Berdirinya Cabang Dan Ranting Muhammadiyah. Sebelum Muhammadiyah Berdiri Di
Suatu Daerah, Biasanya Lebih Dahulu Telah Berdiri Hw. Oleh Karena Itu, Dari Hw
Ini Kemudian Lahir Pemimpin, Da'i, Dan Mubaligh Yang Ulet, Percaya Diri, Dan
Disiplin, Serta Mereka Menjadi Penggerak Muhammadiyah. Hizbul Wathan Diakui
Sebagai Wadah Untuk Mendidik Generasi Muda Menjadi Generasi Muda Yang Disiplin,
Jujur, Berani,Mandiri, Dan Terampil Dan Berjiwa Perwira Sebagaimana Ditanamkan
Datam Kesadaran Setiap Anggota Hizbul Wathan Metalui Perjanjian Hizbul Wathan
Dan Undang-Undang Hizbul Wathan.
Perjalanan Hizbul Wathan Terpotong Oleh
Rasionalisasi Yang Dilakukan Pemerintah Pada Tahun 1960 Bahwa Seluruh Organisasi
Kepanduan Harus Melebur Ke Dalam Pramuka. Dengan Demikian, Perjalanan Sejarah
Pandu Hizbul Wathan Menjadi Terhenti. Geliat Untuk Bangkit Kembali Muncul
Setelah Datangnya Gelombang Reformasi, Yaitu Keinginan Untuk Metahirkan Kembali
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah Di Bandung
Pada Tahun 2000 Akhirnya Diputuskan Bahwa Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Dilahirkan Kembali Sebagai Organisasi Otonom Di Lingkungan Muhammadiyah.
Peleburan Hw Dalam Satu Wadah Pramuka Dan Kebangkitan
Hw
Sejarah Perkembangan Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan Mengalami Hambatan Bahkan Terhenti Sama Sekali, Sejalan Dengan
Perkembangan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. Sistem Demokrasi
Terpimpin Pada Zaman Orde Lama (Pemerintahan Presiden Sukarno) Membentuk Adanya
Suatu Sistem Yang Dikenal Dengan Sentralisasi Dalam Segala Aspek Kehidupan,
Baik Kehidupan Politik, Ekonomi, Maupun Tatanan Sosial Lainnya Dengan Harus
Menggunakan Satu-Satunya Azas Berbangsa Dan Bernegara Yaitu Sistem Pancasila Sebagai Way
Of Life.
Sistem Sentralisasi Tersebut Tak Terkecuali Di
Bidang Pergerakan Kaum Muda Termasuk Di Dalamnya "Gerakan Kepanduan".
Berbagai Jenis Gerakan Kepanduan Yang Ada Di Indonesia Yang Menggabarkan Suatu
Sistem Demokrasi Dengan "Bhineka Tunggal Ika", Itu Harus Mengalami
Proses "Peleburan" Yang Kemudian Dengan Kep.Pres 238 Tahun 1961,
Semua Jenis Kepanduan Yang Ada Di Indonesia Harus Meleburkan Diri Dalam
"Pramuka" (Praja Muda Karana) Yang Secara Struktural Dibawah Komando Pemerintah (Penguasa), Dengan Sistem Dan
Aturan-Aturan Yang Telah Ditetapkan Oleh Pemerintah.
Sejak Itulah Eksistensi Gerakan Kepanduan Di
Indonesia Hanya Ada Satu-Satunya Adalah "Pramuka". Gerakan Kepanduan
Yang Lain Termasuk Di Dalamnya "Hizbul Wathan" Meleburkan Diri Dalam
Suatu Wadah Yang Dikenal "Gerakan Kepanduan Pramuka".
Dengan Demikian Persyarikatan Muhammadiyah Telah
Kehilangan Salah Satu Media Yang Cukup Canggih Dalam Pembinaan Kader Umat
Melalui Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Sekalipun Secara Formal Kepanduan Hw
Tidak Mati Namun Eksistensinya Sudah Tidak Ada Lagi.
Diantara Aktivis/Pemimpin Hw Mencoba Memanfaatkan
Organisasi Kepanduan Yang Baru (Pramuka) Dengan Jalan Mencoba Mengisi Roh
Pramuka Dengan Ke Islaman. Mereka Mencoba Membentuk "Prachusi"
Pramuka Khusus Untuk Anggota-Anggotanya Yang Beragama Islam. Dalam Misinya
Mengalami Perkembangan Yang Pesat. Namun Dari Pihak Atasan Yang Berwenang Upaya
Ini Dicurigai Danakhimya Mengalami Hambatan Dan "Prachusi" Tidak
Diijinkan Berkembang. Dengan Alasan Nasionalisme Maka Pramuka Untuk Semua Jenis
Pemuda Dan Agama Dari Berbagai Latar Belakang Sosial Dan Budaya.
Upaya Pengembangan Dan Penyiapan Kader Umat Lewat
Gerakan Kepanduan Kandas, Dan Perjalanan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Terhenti Sudah.
Kebangkitan Kembali Hizbul Wathan
Arus
Gelombang Reformasi Dalam Tatanan Kehidupan Berbangsa Bernegara Dan
Kemasyarakatan Yang Dimotori Oleh Angkatan Muda Terutama Para. Mahasiswa
Menumbangkan Kekuasaan Monolitik Pemerintahan "Orde Baru" Di Bawah
Kekuasaan Presiden Soeharto. Pemikiran Demokratis Dan Kontrol
Pemerintah Menjadi Sangat Kuat, Apakah Keadaan Ekonomi Dan Sistem Politik Yang
Sudah Carut Marut, Memungkinkan Gerakan-Gerakan Reformasi Merambah Ke Berbagai
Bidang. Bukan Saja Di Bidang Politik Dari Partai Penguasa Dan Pendukung
Pemerintah, Tetapi Di Bidang Kehidupan Organisasi Sosialpun Mulai Terasa Ada
Geliat Reformasi Itu.Geliat Munculnya Ide Kembali Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan Yang Dimotori Oleh Para Tokoh "Pandu Wreda" (Wadah Mantan
Anggota Pandu Hw Zaman Jayanya) Mengadakan Sarasehan Baik Yang Ada Di
Yogyakarta (Uad) Maupun Tempat-Tempat Lain Ada Kebulatan Tekad Untuk
Kebangkitan Hw Kembali.
Kebulatan Tekad Tersebut Disampaikan Pada "Pimpinan Pusat
Muhammadiyah" Dengan Berbagai Argumentasi Peran Hw Ke Depan Dalam Upaya
Pengisian Kader Umat. Kebulatan Tekad Tersebut Diterima Oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Akhirnya Pada 18 Nopember 1999 Bertempat Di Lapangan Kridosono
Yogyakarta Oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dideklarasikan Kebangkitan Kembali
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
Momentum Kebangkitan Kembali Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan, Secara Yuridis Formal : Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah Di
Bandung : "Hizbul Wathan" Dilahirkan Kembali Sebagai Organisasi
Otonom Di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
No comments